Tinjauan Tentang Kebersihan DI Taman Wisata Iman
Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi
Provinsi Sumatera Utara
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Diploma III
Program Diploma III
Oleh :
Harland F.Sihombing
NIM. 11500887
JURUSAN MANAJEMEN KEPARIWISATAAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PEMASARAN PARIWISATA
AKADEMI PARIWISATA
MEDAN
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN
KEMENTERIAN PARIWISATA
2015
Tinjauan Tentang Kebersihan Taman Wisata Iman
Tinjauan Tentang Kebersihan Taman Wisata Iman
Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi
Provinsi Sumatera Utara
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Diploma III
Program Diploma III
Oleh :
Harland F.Sihombing
NIM. 11500887
JURUSAN MANAJEMEN KEPARIWISATAAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PEMASARAN PARIWISATA
AKADEMI PARIWISATA
MEDAN
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN
KEMENTERIAN PARIWISATA
2015
Tinjauan Tentang Kebersihan Taman Wisata Iman
Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi
Provinsi Sumatera Utara
Oleh :
Nama : Harland F.Sihombing
NIM : 11500887
Jurusan : Manajemen
Kepariwisataan
Program
Studi : Manajemen Perencanaan
dan Pemasaran Pariwisata
Pembimbing :
Nama : Sumardi, SE, M.Si
NIP :
19651215 199403 1 001
Tanda
Tangan
Nama : Asmah Kartika Dalimunthe, SE, MM
NIP : 19841207 200912 2 002
Tanda
Tangan
Ditetapkan di :
Medan
Tanggal :
………………………….2015
Menyetujui oleh :
Kepala
Sub Bagian Administrasi Akademik
Rahmawati Rogabe Sinaga, S.Pd
NIP. 19830620
200912 2 003
Medan,................................................
Mengesahkan :
Direktur Akademi Pariwisata Medan
Faisal,
S.ST.Par, MM.Par, CHE
NIP.19730706 199503 1 001
SURAT
PERNYATAAN
Dengan
ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini dengan judul : Tinjauan Tentang Kebersihan Di Taman Wisata Iman Kecamatan Sitinjo
Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara., adalah benar hasil karya sendiri dan
belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi
yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Juli 2015
Yang
membuat Pernyataan
Harland
F. Sihombing
NIM.
11500887
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah Bapa, atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian terkait penulisan tugas akhir
ini dengan tepat waktu. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Tinjauan Tentang Kebersihan Taman Wisata Iman
Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara”.
Adapun tujuan penulisan
tugas akhir ini adalah sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan program Diploma III Jurusan Manajemen
Kepariwisataan, Program Studi Manajemen Perencanaan dan Pemasaran Pariwisata di
Akademi Pariwisata Medan.
Penulis menyadari bahwa
banyak sekali kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini. Meskipun demikian,
penulis berharap, penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat terutama dalam
bidang pendidikan dan berpengaruh besar terhadap kebersihan Taman Wisata Iman
Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.
Dalam proses penyusunan
tugas akhir ini, tidak terlepas dari banyaknya doa, bantuan, dukungan,
motivasi, sumbang pikiran dari berbagai pihak dan jalan keluar akan setiap
kendala – kendala yang dihadapi penulis. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada pihak yang terkait secara langsung
maupun tidak langsung, diantaranya :
1.
Bapak Faisal, S.ST.Par, MM.Par, CHE
selaku Direktur Akademi Pariwisata Medan,
2.
Bapak Drs. Leonardus Sihotang selaku
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi
Provinsi Sumatera Utara,
3.
Ibu Dra. Tina Taviani, M.Hum selaku
Ketua Jurusan Manajemen Kepariwisataan,
4.
Ibu Asmah Kartika Dalimunthe, SE, MM,
selaku Ketua Program Studi Manajemen Perencanaan Pemasaran Pariwisata, dan juga
selaku dosen pembimbing bagian II dalam penulisan tugas akhir ini,
5.
Bapak Sumardi, SE, M.Si selaku dosen
pembimbing I dalam penulisan tugas akhir ini,
6.
Ibu Wanti Arum Wanti, S.Sos, MM. Par,
selaku Dosen Tutorial,
7.
Seluruh Dosen di Akademi Pariwisata
Medan terkhususnya dosen program studi Manajemen Perencanaan dan Pemasaran Pariwisata,
8.
Khusus kepada Kedua Orang tua penulis,
Bapak St. JP. Sihombing dan Ibu R. br Situmorang, yang selalu memberikan
dukungan, cinta dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat mencapai
tahap ini, meskipun ada kalanya penulis putus asa dan ingin menyerah namun ada
semangat baru dari mereka,
9.
Saudara-saudaraku yang ingin kutuliskan
namanya di Tugas Akhirku ini, Bang Lucky, Bang ED, Tina, Emma, Matta dan Maden,
10. Seluruh
teman-teman alumni angkatan 2011 yang merupakan teman seperjuangan penulis dari
semester 1 – 3, yang telah lebih dahulu menyelesaikan pendidikan dari Akademi
Pariwisata Medan, terimakasih buat kebersamaannya selama ini,
11. Seluruh
teman-teman satu ruangan MPPP angkatan 2012 selaku teman seperjuangan hingga saat
ini yang selalu berbagi cerita, tawa dan waktu, Anggi, Rahel, Nia, Novi, Ida,
Rut, Kartika, Tiar, Eka Budaya, Dodo, Indra, Daris, Andre, Fikrom, Andrew,
Hanif, Romi, terkhusus untuk Marganda dan Novranta yang tidak tau bagaimana
keadaan dan nasibnya.
Penulis
meminta maaf untuk nama-nama yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Sekian
yang dapat penulis sampaikan. Semoga penulisan tugas akhir ini dapat memberikan
informasi yang positif dan diterima baik oleh setiap pembaca. Terima Kasih.
Harland
F. Sihombing
NIM.
11500887
|
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2 Identifikasi
Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan
Penelitian....................................................................................... 4
1.4 Metode
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data................................... 5
a. Metode
Penelitian................................................................................ 5
b. Teknik
Pengumpulan Data.................................................................. 5
1.5 Lokasi
dan Waktu Penelitian..................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORETIS
2.1 Tinjauan
UmumTentang Taman Wisata Iman........................................... 7
a. Sejarah
Singkat Taman WisataIman.................................................... 7
b. Fasilitas
Taman Wisata Iman.............................................................. 10
c. Retribusi
Taman Wisata Iman............................................................ 11
d. Visi
dan Misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi 12
1. Visi............................................................................................... 13
2. Misi............................................................................................... 13
e. Struktur
Organisasi Pengelola Taman Wisata Iman........................... 13
f. Personalia
Pengelola Taman Wisata Iman.......................................... 14
2.2 Tinjauan
UmumTentang Kebersihan....................................................... 15
2.3 Tinjauan
Umum Tentang Peran Serta Wisatawan................................... 19
2.4 Tinjauan
Umum Tentang Kenyamanan Wisatawan................................ 23
BAB III ANALISIS DATA
3.1 Analisis
Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Kebersihan............................. 26
a.
Pelaksanaan
Kebersihan Di Taman Wisata Iman Yang
Dilakukan Pengelola.. 26
b.
Pengelolaan
Sampah Di Taman Wisata Iman Yang Dilakukan Pengelola... 28
c.
Perawatan
Bangunan Di Taman Wisata
Iman Yang Dilakukan Pengelola.. 29
3.2 Analisis Peran Serta
Wisatawan Terhadap Kebersihan Taman
Wisata Iman.......... 30
3.3 Analisis
Terhadap Kenyamanan Wisatawan Taman Wisata Iman.......... 37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 43
4.2 Saran........................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 45
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................. 47
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Personalia
Pengelola
Taman Wisata
Iman………………………………………………………..... 15
Tabel 3.1 Tanggapan Pengunjung Tentang Membuang
Sampah Pada Tempatnya Di Taman Wisata
Iman………………………………………………………..... 30
Tabel 3.2 Tanggapan PengunjunG Tentang Keberadaan Tong Sampah Di Taman Wisata Iman……………... 31
Tabel 3.3 Tanggapan Pengunjung Tentang Membawa
atau
Membeli Makanan Berbungkus Ketika Berada Di Taman Wisata Iman……………………...
32
Tabel 3.4 TanggapaN Pengunjung
Jika
Tidak Menemukan Tong Sampah Di Taman
Wisata Iman………………………………………………………….. 33
Tabel 3.5 Tanggapan
Pengunjung Yang Melihat
Pengunjung Lain Membuang
Sampah
Sembarangan Di Taman Wisata Iman……………..
34
Tabel 3.6 Tanggapan
Pengunjung Terhadap
Manfaat sign - in Seperti
“jangan membuang sampah sembarangan,
jangan memetik bunga,
dll” Di Taman Wisata Iman……………………………........ 34
Tabel 3.7 TanggapaN Pengunjung Tentang Keberadaan Kios - Kios
Pedagang
Di Taman Wisata Iman.......................................................................... 35
Tabel 3.8 Tanggapan Terhadap
Pengunjung Yang Berjalan Melalui Taman Demi
Jalan Pintas Di Taman
Wisata Iman………………………………….. 36
Tabel 3.9 Tanggapan Pengunjung Tentang Pembayaran Retribusi
Dari Uang Masuk,
Uang Parkir, Uang Toilet dll, Di Taman Wisata Iman………….. 37
Tabel 3.10 Tanggapan Pengunjung Tentang Tujuan Mengunjungi Taman Wisata Iman………………… 38
Tabel 3.11 Tanggapan Pengunjung Tentang Kebersihan Taman Wisata
Iman…………………………………….. 39
Tabel 3.12 Tanggapan Pengunjung Tentang Perawatan Bangunan,
Patung dll, Di Taman Wisata Iman……………………………………………….. 40
Tabel 3.13 Tanggapan Pengunjung Tentang Keamanan
Di Taman Wisata Iman………………………………….. 40
Tabel 3.14 Tanggapan Tentang Intensitas Pengunjung Yang Berkunjung Di Taman Wisata
Iman………. 41
Tabel 3.15 Tanggapan Tentang
Asal Kedatangan Pengunjung Di Taman Wisata Iman……………….. 42
Gambar
2.1 Struktur Organisasi Taman Wisata Iman................................ 14
Gambar
2.2 Diagram Proses Optimalisasi Sampah..................................... 18
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Riset dan Observasi........................ 49
Lampiran 2. Surat Izin Mengadakan Riset dan Observasi................ 50
Lampiran 3. Surat Riset dan Observasi............................................. 51
Lampiran 4. Daftar Bimbingan Tugas Akhir I.................................. 52
Lampiran 5. Daftar Bimbingan Tugas Akhir II................................. 53
Lampiran 6. Wawancara Ditujukan Untuk Pengelola....................... 54
Lampiran 7. Kuesioner Ditujukan Untuk Pengunjung...................... 55
Lampiran 8. Bukti Pendukung
Analisis Taman Wisata Iman............ 58
ABSTRAK
Harland Franky Sihombing. Tinjauan tentang Kebersihan di Taman Wisata Iman Kecamatan
Sitinjo Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Program Studi Manajemen
Perencanaan dan Pemasaran Pariwisata, Jurusan Kepariwisataan, Akademi
Pariwisata Medan.
Kebersihan adalah kondisi lingkungan
yang bersih, terawat, bebas dari sampah dan tidak berbau sesuai dengan metode
penyajian. Kebersihan lingkungan objek wisata berkaitan dengan daya tarik
wisata,
Kebersihan lingkungan merupakan hal utama dalam sebuah objek, sehingga
harus dilaksanakan secara maksimal dengan dukungan dari masyarakat dan pengunjung berupa partisipasi terhadap
kebersihan dengan pengelolaan dan system yang tepat. Kebersihan lingkungan
objek wisata tersajikan sebagai salah satu bentuk kenyamanan yang penting dalam
upaya menarik minat masyarakat berkunjung ke Taman Wisata Iman. Dalam peningkatan
kebersihan, perawatan bangunan, pengelolaan limbah atau sampah harus
memperhatikan nilai estetika, artistik, edukatif, informative dan azas
kebersamaan.
Maka dari itu jika kegiatan kebersihan telah dilakukan oleh pihak
pengelola Taman wisata Iman dan berjalan dengan baik maka akan mendapatkan
tanggapan yang baik dari pengunjung serta memiliki keinginan untuk berkunjung
kembali ke Taman Wisata Iman.
Metode
yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu
metode penelitian yang hanya mengamati masalah yang terjadi kemudian data
tersebut dihubungkan dengan teori-teori yang didapat pada masa perkuliahan. Pengumpulan
data dalam pelaksanaan penelitian adalah melalui observasi lapangan, studi
kepustakaan, wawancara, dan kuesioner.
Tujuan
penelitian adalah untuk meningkatkan pola pikir mahasiswa dalam menganalisis
masalah yang ada dan mencari solusi sesuai teori-teori yang didapat pada masa perkuliahan.
Adapun hasil analisis menunjukkan bahwa Taman Wisata Iman tidak melaksanakan
kegiatan pengawasan dengan maksimal sehingga kebersihan Taman Wisata Iman tidak
baik, partisipasi wisatawan didalam kebersihan Taman Wisata Iman masih kurang
dan kenyamanan berwisata yang diperoleh pengunjung belum optimal.
Kata Kunci: Kebersihan, Partisipasi, Kenyamanan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Berbagai
organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama
menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya
dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20,
kini telah menjadi bagian dari hak asazi manusia, sebagaimana dinyatakan oleh
John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa Where once travel was
considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human
right. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai
dirasakan pula di negara berkembang termasuk pula Indonesia.
Menghadapi
tantangan dan peluang ini, telah dilakukan pula perubahan peran Pemerintah
dibidang kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu berperan sebagai
pelaksana pembangunan, saat ini lebih difokuskan hanya kepada tugas-tugas
pemerintahan terutama sebagai fasilitator agar kegiatan pariwisata yang
dilakukan oleh swasta dapat berkembang lebih pesat. Peran fasilitator disini
dapat diartikan sebagai menciptakan iklim yang nyaman agar para pelaku kegiatan
kebudayaan dan pariwisata dapat berkembang secara efisien dan efektif.
Selain
itu sub sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggerakan ekonomi rakyat,
karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan
prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan
dalam suatu strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata
yang berbasis kerakyatan atau community-based tourism development .
Berdasarkan
data tahun 2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS) ada sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi
oleh para turis, diantaranya Bali, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera
Utara, Lampung, Sulawesi
Selatan, Sumatera
Selatan, Banten, Sumatera
Barat
Berdasarkan data diatas
mengenai Sumatera Utara, maka penulis akan membahas salah satu usaha daya tarik
wisata buatan manusia (man made), Taman
Wisata Iman yang berada di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera
Utara.
Sumatera Utara mempunyai potensi pariwisata yang cukup besar
bagaikan harta
terpendam yang belum disentuh oleh tangan manusia namun memiliki nilai yang
berharga, termasuk berbagai jenis pariwisata di Kabupaten Dairi. Dengan
mengangkat sektor pariwisata Kabupaten Dairi sebagai salah satu
fokus kegiatan penelitian ini, diyakini akan
memberikan kontribusi terhadap Perolehan Asli
Daerah/ PAD yang sangat berarti khususnya untuk Kabupaten Dairi. Disamping itu
akan mendorong peningkatan mutu Sumber Daya
Manusia masyarakat Dairi.
Ketika penulis melakukan pengamatan pada penelitian awal
bulan Maret 2015 silam, penulis menemukan beberapa pokok permasalahan kebersihan di Taman Wisata Iman, yaitu : Sampah terkumpul dalam satu titik di objek tersebut seperti tidak memiliki TPA khusus, sampah
dibakar dan sisa – sisa pembakaran dibiarkan begitu saja. Sampah
yang berasal dari dedaunan dan ranting pohon yang jatuh berguguran tidak dikumpulkan
yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk tetapi justru dibiarkan begitu saja
dijalanan. Beberapa sampah disapu ke
selokan, ketika hujan datang sampah terbawa arus ke pemberhentian air sehingga
menumpuk dan air meluap. Air yang merembes terlihat
pada bangunan yang tidak dirawat secara rutin. Patung
yang cacat (Cat terkelupas, retak, bentuk hancur dan rusak) dibiarkan
begitu saja. Tong sampah yang tidak dapat lagi digunakan secara maksimal tetap
digunakan, tong sampah hanya diletakkan ditempat yang ramai sehingga sampah dibuang begitu saja karena tong sampah
tidak tersedia dengan kuantitas yang memadai. Fasilitas Kebersihan (Sapu, sekop, beko, pemotong rumput) tidak
digunakan secara maksimal. Sejumlah toilet yang ada di
dalam objek dikelola oleh pribadi (bayar retribusi) namun tetap tidak dirawat dan dari akumulasi data pengunjung
terjadi penurunan tingkat pengunjung yang salah satunya diakibatkan oleh
aktivitas gunung merapi di Kabupaten Karo yaitu Gunung Sinabung, tentu hal ini
mengakibatkan penurunan tingkat kunjungan wisatawan domestik
Dalam satu dekade terakhir terjadi perubahan kecenderungan
wisatawan dalam memilih
objek atau lokasi wisata untuk dikunjungi. Wisatawan tidak lagi ingin sekedar datang untuk melihat dan menikmati usaha daya tarik
wisata tertentu namun harus didukung juga dengan kenyamanan yang didapatkan pengunjung di
objek.
Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis merasa perlu untuk menganalisis
lebih dalam lagi tentang kebersihan
di usaha daya tarik wisata Taman Wisata Iman Kecamatan Sitinjo sebagai langkah
awal dalam perencanaan yang lebih lanjut dan agar wisatawan domestik dan mancanegara lebih meningkat
lagi dalam mengunjungi Taman Wisata Iman, sehingga
penulis mengangkat judul, yaitu: “TINJAUAN
TENTANG KEBERSIHAN DI TAMAN WISATA IMAN KECAMATAN SITINJO KABUPATEN DAIRI
PROVINSI SUMATERA UTARA”
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi kedalam 3 pokok
permasalahan yaitu :
1. Bagaimana
pelaksanaan kegiatan kebersihan oleh pihak pengelola di Taman Wisata Iman?
2. Bagaimana
peran serta wisatawan terhadap kebersihan
wisata di Taman Wisata Iman?
3. Bagaimana
kenyamanan wisatawan di Taman Wisata
Iman?
1.3
Tujuan
Penulisan Tugas Akhir
a.
Tujuan
Formal
Tujuan formal
penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam
menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Manajemen Kepariwisataan, Program Studi
Manajemen Perencanaan dan Pemasaran Pariwisata di Akademi Pariwisata Medan.
b.
Tujuan
Operasional
Tujuan operasional dari penulisan tugas
akhir ini adalah sebagai aplikasi dari ilmu
teori yang telah penulis dapatkan selama masa perkuliahan maupun ilmu yang didapatkan penulis secara otodidak /
autodidak
dan juga sebagai saran kepada pengelola usaha daya
tarik wisata Taman Wisata Iman Kecamatan
Sitinjo Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.
1.4
Metode
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
a.
Metode
Penelitian
Metode
yang digunakan penulis dalam penelitian adalah metode diskriptif analisis yaitu
suatu metode penelitian dengan cara mengamati masalah yang ada pada saat ini
kemudian data tersebut dihubungkan dengan teori-teori yang didapatkan selama
mengikuti perkuliahan di Akademi Pariwisata Medan dan ilmu yang didapatkan secara otodidak / autodidak.
b.
Teknik
Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode ini bertujuan untuk
melihat dari dekat permasalahan yang ada dengan melakukan pengumpulan data, dengan
melaksanakan pengamatan secara langsung ke lokasi tujuan penelitian yaitu Taman Wisata Iman Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi
Provinsi Sumatera Utara.
2. Studi
Kepustakaan
Melakukan pengumpulan
data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur yang
berhubungan dengan permasalahan
yang menjadi objek penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai landasan teori.
3. Wawancara
Penulis mewawancarai
pihak pengelola untuk memperoleh keterangan. Tujuan penelitian yang dilakukan
adalah dengan cara tanya jawab di lokasi penelitian dan di kantor pengelola yaitu kantor Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan olahraga Kabupaten Dairi
4. Kuesioner
Penulis menyebarkan
daftar pertanyaan
tertulis kepada pengunjung
guna mendapatkan jawaban yang diperlukan sehubungan dengan objek yang diteliti.
1.5
Lokasi dan Waktu
Penelitian
Penulis melakukan penelitian dalam penulisan tugas akhir ini, di usaha daya tarik
wisata Taman Wisata Iman (TWI) Kecamatan Sitinjo Kabupaten
Dairi Provinsi Sumatera
Utara, dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Dairi, terletak di Jalan Medan – Sidikalang dengan jarak 10 Km dari pusat
Kota Sidikalang dan dengan menempuh jarak 152 Km dari Kota Medan. Penulis melakukan
penelitian dimulai dari 20 Mei - 30 Juni
2015.

LANDASAN TEORITIS
2.1.Tinjauan
Umum Tentang Taman Wisata Iman
a.
Sejarah
Singkat Taman Wisata Iman
Untuk
membuat sebuah destinasi wisata yang unggul, menurut Cooper sebagaimana dikutip
oleh Prof. Dr. I Gede Pitana dalam sambutannya di seminar Cooperation in the Development
of Education and Tourism in Global Era pada 31 Mei 2012 di Surabaya, sebelum
sebuah destinasi diperkenalkan dan dijual, terlebih dahulu harus mengkaji 4
aspek utama (4A) yang harus dimiliki, yaitu attraction, accessibility, amenity dan ancilliary.
1.
Atraksi atau attraction adalah
produk utama sebuah destinasi. Atraksi berkaitan dengan what to see dan what to do. Apa yang bisa dilihat dan dilakukan oleh
wisatawan di destinasi tersebut. Atraksi bisa berupa keindahan dan keunikan
alam, budaya masyarakat setempat, peninggalan bangunan bersejarah, serta
atraksi buatan seperti sarana permainan dan hiburan. Seharusnya sebuah atrakasi
harus mempunyai nilai diferensiasi yang tinggi. Unik dan berbeda dari daerah
atau wilayah lain.
2.
Aksesibilitas atau accessibility adalah
sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi. Akses jalan raya,
ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan merupakan
aspek penting bagi sebuah destinasi. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang
mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan,
tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan
dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga
diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan
ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist,
transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur
perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent,
sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik.
3.
Amenitas atau amenity adalah segala
fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama
berada di destinasi. Amenitas berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi
untuk menginap serta restoran atau warung untuk makan dan minum. Kebutuhan lain
yang mungkin juga diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan, seperti
toilet umum, rest area, tempat parkir, klinik kesehatan, dan sarana
ibadah sebaiknya juga tersedia di sebuah destinasi. Tentu saja fasilitas-fasilitas
tersebut juga perlu melihat dan mengkaji situasi dan kondisi dari destinasi
sendiri dan kebutuhan wisatawan. Tidak semua amenitas harus berdekatan dan
berada di daerah utama destinasi. Destinasi alam dan peninggalan bersejarah
sebaiknya agak berjauhan dari amenitas yang bersifat komersial, seperti hotel,
restoran dan rest area.
4.
Ancilliary berkaitan dengan
ketersediaan sebuah organisasi atau orang-orang yang mengurus destinasi
tersebut. Ini menjadi penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi,
aksesibilitas dan amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang mengatur dan
mengurus maka ke depannya pasti akan terbengkalai. Organisasi sebuah destinasi
akan melakukan tugasnya seperti sebuah perusahaan. Mengelola destinasi sehingga
bisa memberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat
sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya.
Menurut Fendel ( dalam Pitana 2009). Sumber daya alam yang dapat dikembangkan
menjadi sumber daya pariwisata diantaranya adalah sebagi berikut:
1.
Lokasi geografis. Hal ini menyangkut
karakteristik ruang yang menentukan kondisi yang terkait dengan beberapa
variabel, wilayah Eropa yang dingin dan bersalju seperti Swiss mungkin cocok
dikembangkan untuk atraksi wisata ski es.
2.
Iklim dan cuaca. Ditentukan oleh latitude dan elevation diukur dari permukaan air laut, dataran pegunungan, dan
sebagainya. Bersama faktor geologis, iklim merupakan penentu utama dari
lingkungan fisik yang mempengaruhi vegetasi, kehidupan binatang, angin dan
sebagainya.
3.
Tofografi atau Landforms. Bentuk umum dari permukaan bumi dan struktur dari
permukaan bumi yang membuat beberapa dari areal geografis menjadi bentang alam
yang unik. Kedua aspek ini menjadi daya tarik tersendiri yang membedakan
kondisi geografis suatu wilayah/benua dengan wilayah benua lainnya sehingga
sangat menarik untuk menjadi atraksi wisata.
4.
Air. Air memegang peran yang sangat
penting dalam menentukan tipe dan level dari rekreasi outdoor, misalnya bisa dikembangkan jenis wisata pantai/bahari, danau,
sungai, dan sebagainya (sailing, cruises,
fishing, snorkeling dan sebagainya).
5.
Surface
materials. Menyangkut sifat dan ragam material yang menyusun
permukaan bumi, misalnya formasi bebatuan alam, pasir, sehingga bisa
dikembangkan menjadi atraksi wisata alam.
6.
Vegetasi. Vegetasi merujuk pada
keseluruhan kehidupan tumbuhan yang menutupi suatu area tertentu. Kegiatan
wisata sangat tergantung pada kegiatan dan formasi tumbuhan seperti misalnya
ekowisata pada kawasan konservasi alam/hutan lindung.
7.
Fauna. Beberapa binatang berperan cukup
signifikan terhadap aktivitas wisata baik dipandang dari sisi konsumsi (
misalnya wisata berburu dan memancing) maupun non konsumsi ( misalnya birdwatching).
Taman
Wisata Iman (The Garden Tour Of Faith) Kecamatan
Sitinjo Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara merupakan satu-satunya Taman
Wisata Iman terbesar di Asia Tenggara dan sekaligus didalamnya terdapat
fasilitas ibadah dari lima agama berbeda (Islam, Kristen, Katolik, Budha dan
Hindu). Luas Taman Wisata Iman mencapai 130.000 meter persegi yang merupakan
tanah pemberian Marga Kudadiri dan dikelillingi oleh beberapa objek wisata
menarik lainnya seperti Taman Karya, Monumen DR. Liberty Manik, Letter ‘S’ dan
Air Terjun Lae Pandaroh. Taman Wisata Iman terletak di tengah bukit Sitinjo
dengan hamparan hutan pinus dan diapit sungai yang berhulu ke Lae Pandaroh,
pendiriannya diprakarsai oleh mantan bupati Dairi yaitu Bapak DR. MP. Tumanggor
sejak tahun 2001 bersama dengan tokoh agama dan penduduk setempat. Untuk
menindaklanjuti, Pemkab Dairi kemudian mewujudkan pembangunan tersebut dimulai
dengan melakukan peletakakan batu pertama oleh mantan Menteri Agama, Bapak
Prof. Dr. KH. Said Agil Husin Al- Munawar, MA tertanggal 20 Agustus 2005 dan
baru diresmikan oleh mantan Gubernur Sumatera utara yaitu Bapak H. Syamsul
Arifin, SE pada tanggal 20 April 2009.
Pemerintah
sendiri mengharapkan dengan keberadaaa Taman Wisata Iman ini dapat mengangkat
sektor pendapatan daerah dan perekonomian masyarakat terutama mereka yang
berada di sekitar usaha daya tarik wisata tersebut, selain sebagai objek
wisata, tanpa melupakan fungsi utamanya sebagai tempat beribadah oleh kelima
agama tersebut, terkadang juga digunakan untuk menasik haji, kegiatan
kerohanian dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia, selain itu juga sebagai
sarana Pendidikan yang dapat memberikan pengetahuan kerohanian dan juga
rekreasi bagi masyarakat Kota Sidikalang maupun diluar Kota Sidikalang.
b.
Fasilitas
Taman Wisata Iman
Didalam
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa
pengertian destinasi parwisata itu adalah kawasan geografis yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administrasif yang didalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas, serta masyarakat
yang saling terkait dan saling
melengkapi terwujudnya kepariwisataan
Pengertian produk wisata diungkapkan oleh Oka A. Yoeti (2002:211) sebagai salah
satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang
terdiri 3 bagian :
1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra
yang dibayangkan oleh wisatawan
2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi
akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan
lain-lain.
3. Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
Daya
tarik objek wisata tidak terlepas dari fasilitas yang dimiliki objek tersebut
dan untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari dalam meningkatkan kinerja
perusahaan secara efektif dan efisien, Taman Wisata Iman menyediakan fasilitas
pendukung bagi para pengunjung antara lain :
1. Taman
Bermain Anak-Anak
2.
Flying
Fox
3. Rumah
Ibadah 5 Agama
4. Gua
Bunda Maria
5. 14
Perjalanan Salib
6. Kebun
Binatang Mini
7. Bahtera
Nabi Nuh disertai Fasilitas Penginapan 17 Kamar
8. Penginapan
34 Kamar
9.
Jogging
Track
10. Auditorium
/ Aula
11. Wisata
Sungai / Alam
12. Restoran
/ Catering
13.
Mini
Market
14. Melayani
wisata Pernikahan
15. Area
Parkir yang luas
16. Pos
Keamanan
17. Toilet
c.
Retribusi
Taman Wisata Iman
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, retribusi adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan.
Didalam
memasuki usaha daya tarik wisata ini, sejumlah biaya retribusi dikenakan kepada
pengunjung dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Dewasa : Rp. 5.000 / Orang
2. Anak – anak :
Rp. 3.000 / Orang
3. Parkir Roda 2 :
Rp. 2.000 / Kendaraan
4. Parkir Roda 4 :
Rp. 5.000 / Kendaraan
5. Parkir Roda 6 : Rp. 7.000 / Kendaraan
6. Penggunaan Asrama : Rp. 200.000 / Kegiatan / Hari
7. Penggunaan Aula : Rp. 400.000 / Kegiatan / Hari
d.
Visi
dan Misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi
Taman
Wisata Iman yang terletak di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi Provinsi
Sumatera Utara, merupakan salah satu objek wisata yang dikelola oleh pemerintah
dan bekerja sama dengan masyarakat setempat. Oleh karena itu, penulis merasa
perlu untuk memaparkan visi dan misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Dairi selaku pemerintah yang secara khusus mengelola Taman
Wisata Iman, seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122),
Visi
adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan
pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Visi yang
efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti:
1. Imagible (dapat
dibayangkan)
2. Desriable
(menarik)
3. Feasible
(realistis dan dapat dicapai)
4. Focused
(Jelas)
5. Flexible
(aspiratif dan responsive terhadap perubahan lingkungan)
6. Communicable (mudah
dipahami)
1.
Visi
Meningkatkan kualitas
pelayanan dan profesionalisme pengembangan kebudayaan, kepariwisataan,
kepemudaaan dan olahraga guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan
Kabupaten Dairi.
Sedangkan defenisi misi menurut Drucker (2000:87),
pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar eksistensi suatu organisasi.
Pernyataan misi organisasi, terutama ditingkat unit bisnis menentukan batas dan
maksud aktivitas bisnis perusahaan.
2.
Misi
a.
Meningkatkan
kualitas penyelenggaraan administrasi dan manajemen organisasi Dinas
Kebudayaan, Kepariwisataan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Dairi.
b.
Meningkatkan
kualitas pengembangan kebudayaan daerah yang menjadi jati diri Kabupaten Dairi.
c.
Meningkatkan
kualitas pelayanan, sarana dan prasarana pengembangan potensi kepariwisataan
yang mendukung peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat.
d.
Meningkatkan
kualitas pelayanan kepemudaan.
e.
Meningkatkan
kualitas fasilitasi pengembangan keolahragaan daerah.
e.
Struktur
Organisasi Pengelola Taman Wisata Iman
Secara
umum, struktur organisasi pengelolaan Taman Wisata Iman merupakan secara
keseluruhan pegawai Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Dairi, namun secara khusus didalam struktur umum terdapat bidang
pariwisata, maka merekalah yang bertugas dan berfungsi khusus untuk Taman
Wisata Iman, hal ini sesuai dengan ungkapan didalam buku Koperasi; praktik dan
teori (2001:33) yang mengatakan bahwa struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan
antarkomponen dan antarposisi dalam suatu perusahaan.
Kerja sama yang baik
untuk mencapai tujuan yang sama, dan dapat membantu mengarahkan kepada bagian
kelompok untuk mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Adapun
struktur organisasi yang ada di Taman Wisata Iman adalah sebagai berikut :


Sumber
: Data Primer Diolah, 2015
f.
Personalia
Pengelola Taman Wisata Iman
Atas
dasar struktur organisasi pada gambar diatas Taman Wisata Iman memiliki
manajemen personalia yang mampu melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab dan
berfungsi untuk menunjang pekerjaan yang ada di Taman Wisata Iman, dengan
jumlah personal sebagai berikut :
TABEL 2.1
PERSONALIA PENGELOLA TAMAN WISATA
IMAN
No
|
Jabatan
|
Jumlah
|
1.
|
Kepala Bidang
Pariwisata
|
1
|
2.
|
Kasi Bina Usaha
|
1
|
3.
|
Kasi Promosi
|
1
|
4.
|
Kasi Pengelolaan
Sarana Pariwisata
|
1
|
5.
|
Staff Bina Usaha
|
7
|
6.
|
Staff Promosi
|
7
|
7.
|
Staff Pengelolaan
Sarana Pariwisata
|
7
|
JUMLAH
|
25
|
Sumber : Personalia
Taman Wisata Iman 2015
2.2
Tinjauan
Umum Tentang Kebersihan
Ada pepatah yang mengatakan “Bersih itu Indah” yang mana
artinya seburuk apapun suatu tempat di
mana kita tinggal, tetapi jika tempat itu selalu bersih maka tempat itu akan
selalu terlihat indah, berdasarkan
kutipan dari wikepedia ensiklopedi bebas mengatakan bahwa kebersihan itu adalah
keadaan bebas dari kotoran,
termasuk diantaranya, debu, sampah, dan bau. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
arti dari sebuah kebersihan yaitu suatu keadaan yang dianggap bebas atau tidak
memiliki kotoran dan noda. Sedangkan lingkungan yaitu daerah atau kawasan yang
ditempati. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat
bekerja, dan tempat awam. Tingkat kebersihan berbeda-beda menurut tempat dan
kegiatan yang dilakukan manusia. Contohnya, kebersihan di rumah berbeda dengan kebersihan Objek Wisata.
Menurut buku ekonomi pariwisata,
introduksi, informasi dan aplikasi (Oka A. Yoeti, 2008) menjelaskan tentang kemajuan
pengembangan pariwisata sebagai industri, sebenarnya ditunjang oleh
bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara terpadu dan baik, diantaranya ialah
: (1) promosi untuk memperkenalkan objek wisata; (2) transportasi yang lancar;
(3) kemudahan keimigrasian atau birokrasi; (4) akomodasi yang menjamin
penginapan yang nyaman; (5) pemandu wisata yang cakap; (6) penawaran barang dan
jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang wajar; (7) pengisian waktu
dengan atraksi-atraksi yang menarik; (8) kondisi kebersihan dan kesehatan
lingkungan hidup.
Pemerintah juga mempopulerkan istilah
Sapta Pesona yang terdiri dari tujuh unsur seperti terlihat di lambang Matahari
yang bersinar sebanyak 7 buah yang terdiri atas unsur Keamanan, Ketertiban,
Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan. Mungkin tidak
disadari oleh pemerintah ataupun pelaku usaha pariwisata sendiri bahwa Sapta
Pesona bisa dijadikan tolok ukur bukan hanya untuk menilai apakah suatu potensi
wisata layak atau tidak dijadikan sebagai obyek wisata, tetapi juga sebagai
dasar membentuk dan menjalankan manajemen pariwisata pada khususnya dan apakah
masyarakat dimana suatu potensi ODTW berlokasi sudah memahami dan melaksanakan
Sapta Pesona itu dalam kegiatan sehari-hari mereka.
Tujuan diselenggarakan program Sapta
Pesona adalah untuk meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap lapisan
masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu
bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sapta Pesona merupakan
kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung
ke suatu daerah atau wilayah di Negara kita. Kita harus menciptakan suasana indah
dan mempesona, dimana saja dan kapan saja. Khususnya ditempat-tempat yang
banyak dikunjungi wisatawan dan pada waktu melayani wisatawan. Salah satu dari pembagian itu adalah bersih
yang merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas
dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa
betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti :
a.
Lingkungan yang bersih baik di rumah
sendiri maupun di tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan
umum, tempat rekreasi, tempat buang air kecil/besar dan lain sebagainya. Bersih
dari sampah, kotoran, corat-coret dan lain sebagainya.
b.
Sajian makanan dan minuman bersih dan
sehat
c.
Penggunaan dan penyajian alat
perlengkapan yang bersih seperti sendok, piring, tempat tidur, alat olah raga
dan lain sebagainya
d.
Pakaian dan penampilan petugas bersih,
rapi dan tidak mengeluarkan bau tidak sedap dan lain sebagainya.
Menurut Siahaan (2004:5) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat
dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan
dapat mempengaruhi hidupnya. Dalam kamus lingkungan hidup yang disusun oleh
Michael Allaby, lingkungan hidup itu diartikan sebagai the physical,
chemical and biotic condition surrounding and organism. Seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi)
terkemuka, Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, mendefinisikannya sebagai jumlah
semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi
kehidupan kita. Ahli
hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas
Padjadjaran, Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, SH, mengartikan lingkungan
hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah
perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi
hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. Lingkungan hidup
disebut juga lingkungan hidup manusia (human
environment), istilah ini biasa dipakai dengan lingkungan hidup. Bahkan
seringkali dalam bahasa sehari-hari desebut sebagai “lingkungan” saja.
Sampah adalah unsur didalam proses kegiatan kebersihan,
Basriyanta (2007:25-27) menjelaskan bahwa jumlah sampah yang diolah/ dikelola
dengan benar, presentasenya masih sangat kecil; sebagian besar masih dibuang
begitu saja (diasposal). Padahal sampah masih bisa dioptimalkan fungsi dan
kegunaanya, dengan cara misalnya di-reuse
(dipakai ulang) atau di – recyle (didaur
ulang). Proses pengelolaan sampah saat
ini, apabila ditinjau dari metode 3R + 1D dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduce
Proses
meminimalisasi jumlah timbunan sampah dari sumbernya
2. Reuse
Proses memilih dan
memilah serta mengoptimalkan fungsi sampah yang masih bisa dimanfaatkan.
3. Recyle
Proses mengolah
kembali sampah yang masih bisa diproses ulang menjadi barang lain yang
bermanfaat, layak pakai serta layak jual.
4. Diasposal
Proses pembuangan
akhir sampah yang memang sudah tidak bisa dimanfaatkan kembali.
Dari hasil survey dan pengamatan nyata di lapangan, keempat
proses tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram pada gambar 2.2

![]() |






Diasposal
65 – 70%
Sumber : Memanen Sampah,
2007
Tiga tahap kegiatan pembersihan:
1. Sifat
operasi kebersihan
a. Temukan
sebab kekotoran
b. Lakukan
pembersihannya
2. Obyek
pembersihan
a. Tempat
kerja
b. Peralatan
kerja
3. Mencegah
kerusakan
a. Cari
penyebab kerusakan pada peralatan
b. Penggunaan
peralatan secara tepat sesuai fungsinya
Dalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan untuk sekolah dasar kelas 4, Muhyi
Faruq (2006:140) menuliskan tentang beberapa macam upaya untuk menjaga
kebersihan lingkungan yang dapat anak –anak lakukan meliputi beberapa langkah,
yakni :
1. Membuang
sampah pada tempatnya.
2. Melakukan
kampanye pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
3. Membuat
poster bersama untuk yang menyerukan menjaga kebersihan lingkungan.
4. Kerja
bakti bersama membersihkan lingkungan.
Dalam Workshop
Nasional Biokonversi Limbah, Damanhuri (2006) berpendapat
bahwa penanganan sampah khususnya di
kota-kota besar di Indonesia merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang
sampai saat ini merupakan tantangan bagi pengelola kota. Pertambahan penduduk
dan peningkatan aktivitas yang demikian pesat di kota-kota besar, telah
mengakibatkan meningkatnya jumlah sampah disertai permasalahannya. Diprakirakan
rata-rata hanya sekitar 40% - 50% yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) oleh institusi yang bertanggung jawab atas masalah sampah dan
kebersihan, seperti Dinas Kebersihan. Kemampuan pengelola kota menangani
sampahnya dalam 10 tahun terakhir cenderung menurun, antara lain karena era
otonomi dan kemampuan pembiayaan yang rendah. Berdasarkan Laporan Kementerian
Lingkungan Hidup (2004), pada tahun 2001 diperkirakan pengelola sampah kota
hanya mampu melayani sekitar 32% penduduk kota, dari 384 kota di Indonesia. Hanya sekitar 40% dari
sampah yang dihasilkan oleh daerah urban yang dapat diangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Sisanya ditangani oleh penghasil sampah dengan berbagai cara, seperti dibakar
(35%), ditimbun dalam tanah (7,5%), dikomposkan (1,61%), dan beragam upaya,
termasuk daur-ulang, atau dibuang di mana saja seperti di tanah kosong,
drainase atau badan air lainnya.
Berdasarkan perihal tersebut sudah sepantasnya Taman Wisata Iman
menggunakan TPA umum atau milik sendiri untuk menanggapi permasalahan tersebut
dengan memperhatikan kenyamanan pengunjung.
2.3
Tinjauan
Umum Tentang Peran Serta Wisatawan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online dalam jaringan memberikan
pengertian bahwa peran serta adalah
ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan; keikutsertaan secara aktif; partisipasi,
sedangkan wisatawan didefenisikan sebagai orang yg berwisata; pelancong;
turis: Pemerintah berusaha menarik lebih banyak arus wisatawan luar negeri
dengan memperkenalkan tempat-tempat yang indah dan menarik.
a. Wisatawan asing adalah wisatawan yang
berasal dari luar negeri; wisatawan mancanegara
b. wisatawan domestik wisatawan nusantara
c. wisatawan
nusantara wisatawan yg berasal dr negeri sendiri; wisatawan dalam negeri
Pada dasarnya seseorang melakukan
perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong
perjalanan, McIntosh dan Murphy dalam Pitana (2005:58-59) mengatakan bahwa
motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok sebagai
berikut:
1.
Physical or
physiology motivation
(motivasi yang bersifat fisik atau
fissiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan,
berpartisifasi, dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.
2.
Cultural
motivation
(motivasi budaya) yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, istiadat,
tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagi objek
peninggalan budaya (monumen bersejarah).
3.
Social motivation atau
interversonal motivation (atau motivasi yang bersifat sosial) seperti mengunjungi
teman dan keluarga (VFR, Visiting friends and relatives), menemui mitra kerja,
melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise) melakukan
ziarah, pelarian dan situasi –situasi yang membosankan dan seterusnya.
4.
Fantasy
motivation
(motivasi karena fantasi) bahwa didaerah lain seseorang akan bisa lepas dari
rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enchancement
yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.
Potensi
wisata adalah semua sumber daya yang terdapat disuatu daerah yang bersangkutan
baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk sosial yang perlu dikembangkan, Marioti
dalam Yoeti (2008). Dalam situs tersebut dijelaskan juga bahwa masyarakat dapat memainkan peran yang
sangat strategis misalnya, mereka dapat berperan sebagai pelaku usaha
pariwisata, sebagai pengelola pariwiata, maupun sebagai penyedia jasa
pariwisata. Partisipasi aktif masyarakat setempat sangat penting untuk
menciptakan situasi yang kondusif bagi wisatawan sehingga kedatangannya
benar-benar berkesan. Partisipasi masyarakat akan timbul jika masyarakat
memiliki kesadaran akan pentingnya pariwisata pada kehidupan mereka. Untuk menyadarkan
masyarakat, memang tanggung jawab ada pada pemerintah, tetapi pihak-pihak lain
juga dapat berperan, misalnya industri LSM, ataupun perguruan tinggi. Berbagai
peran yang dapat di laksanakan oleh masyakat setempat dalam pengembangan
pariwisata didaerahnya. Peran yang dimaksud adalah sebagi berikut.
1. Menjadi
Pemandu Wisata
Sebagai tuan rumah, masyarakat setempat sebagai
pihak yang memahami daerahnya dengan baik dan mendalam, dapat menjadi pemandu
bagi wisatawan yang datang. Untuk menjadi pemandu yang baik, selain mereka
harus menguasi teknik memandu juga harus paham betul informasi apa saja yang
dibutuhkan oleh wisatawan pada saat menikmati daya tarik didaerahnya.
2. Menjadi
Pelaku Usaha Pariwisata
Untuk memenuhi kebutuhan pokok wisatawan yang datang
untuk berlibur didaerah. Dibutuhkan berbagi jasa pelayanan. Semakin banyak
wisatawan yang akan datang makin banyak pula kebutuhan jasa pelayanan. Jasa
pelayanan ini dapat dipenuhi oelh masyarakat setempat, misalnya dengan cara
mendirikan berbagai usaha jasa pariwisata, diantaranya usaha jasa akomodasi,
transportasi, rumah makan dan lain-lain. Selain itu masyarakat juga dapat
mengembangkan usaha lainnya yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan tambahan
dari wisatawan, misalnya dengan mendirikan usaha jasa yan secara khusus
ditujukan untuk mendukung pariwisata.
3. Mengaktualisasikan
Budaya Masa Lampau
Kegiatan keseharian dan kegiatan seni budaya, baik
yang masih berlangsung maupun seni budaya masa lampau yang pernah dilaksanakan oleh nenek moyang
mereka dan sekarang sudah tidak ada lagi dimasyarakat dapat menjadi daya tarik
bagi wisatawan. Semua itu dapat dijadikan produk wisata yang dapat ditawarkan
bagi wisatawan yang datang dengan minat khusus. Untuk dapat mewujudkan hal itu,
masyarakat perlu menggalinya selanjutnya membinanya supaya dapat melaksanakan
seperti sebelumnya, kemudian dijadikan produk wisata.
4. Mengembangkan
lembaga pariwisata
Masyarakat dapat perperan dalam pengembangan sebuah
lembaga yang ditujukan untuk mendukung pengembangan pariwisata didaerahnya.
Pelaksanaannya bisa sendiri oleh masyakat maupun bekerja sama dengan
pemerintah. Pengembangan lembaga yang dimaksud misanya pembentukan kelompok
sadar wisata.
5. Lembaga
Swadaya Masyarakat.
Lembaga
swadaya masyarakat dapat memainkan peran yang besar dalam pengembangan
pariwisata daerah atau pengembangan pariwisata alternatif. Wardiyanto (2011:38-39).
Menurut
Janianton Damanik dan Weber (2006:23) masyarakat lokal terutama penduduk asli
yang bermukim di kawasan wisata menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata.
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan
tersebut dan sekaligus memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan, Gamal
Suwantoro(2004:23).
Dalam ekonomi pariwisata, Spillane (2001:64) menjelaskan perkembangan
dalam industri pariwisata juga akan menghasilkan akibat yang lebih luas
daripada akibat ekonomis saja. Dijelaskan juga bahwa tujuan pembinaan
masyarakat pariwisata ialah :
1. Menggalakkan
pemeliharaan segi-segi positif yang berupa kegiatan, sifat atau sikap
masyarakat yang langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi pengembangan
masyarakat itu sendiri maupun kepariwisataan. Misalnya: kegiatan kebersihan
merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan pariwisata;
pemeliharaan lingkungan, nilai-nilai keindahan, keramah-tamahan merupakan
hal-hal yang bermanfaat baik bagi masyarakat maupun pariwisata pula.
2. Menggalakan
usaha-usaha pencegahan pengaruh buruk yang mungkin timbul sebagai akibat
pengembangan pariwisata, atau setidak-tidaknya membatasi pengaruh tersebut
sekecil-kecilnya. Misalnya: pendidikan kepribadian di sekolah-sekolah,
kepemudaan, pembuatan pengaturan-pengaturan tertentu seperti larangan untuk
wisatawan hippies, dan lain
sebagainya.
Kerjasama merupakan kunci berhasilnya
pengembangan pariwisata, apakah itu kerjasama dalam pembinaan produk wisata,
apakah kerjasama dalam pemasaran ataukah kerjasama dalam usaha-usaha pembinaan
masyarakat. Dengan demikian harus ditemukan situasi atau kebijaksanaan yang
mampu menciptakan iklim kerjasama, maupun cara-cara atau seni untuk melasanakan
kerjasama itu.
Faktor - faktor penting dalam hal ini, ialah
1. Adanya
kepentingan bersama
2. Hubungan
antarmanusia
3. Kelancaran
organisasi
Kebijaksanaan pokok untuk mencapai tujuan
ini adalah, meningkatkan “sadar wisata” masyarakat melalui media penerangan dan
penyuluhan ataupun kegiatan-kegiatan tertentu lainnya. Sadar wisata masyarakat
dilain pihak merupakan sarana yang kuat pula untuk menggaklakkan perkembangan wisata
dalam negeri atau wisata nusantara karena mampu meningkatkan motivasi berwisata.
Menurut Gamal Suwantoro (2004: 56) pengembangan pariwisata
sering
dikaitkan dengan adanya Sapta Kebijakan Pengembangan
Pariwisata
oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut:
a.
Promosi
Promosi pariwisata harus dilaksanakan
secara selaras dan terpadu, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
b.
Aksesibilitas
Merupakan salah satu aspek penting
karena menyangkut pengembangan lintas sektoral.
c.
Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata
dimaksudkan untuk:
1.
Meningkatkan peran serta daerah dan swasta
dalam pengembangan pariwisata.
2.
Memperbesar dampak positif pembangunan.
3.
Mempermudah pengendalian terhadap
dampak lingkungan.
d.
Wisata Bahari
Wisata bahari merupakan salah satu
jenis produk wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan.
e.
Produk Wisata
Upaya untuk dapat menampilkan produk
wisata yang bervariasi dan mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.
f.
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah
satu modal dasar pengembangan pariwisata.
g.
Kampanye Nasional Sadar Wisata
Kampanye nasional sadar wisata pada
hakikatnya adalah upaya memasyarakatkan Sapta Pesona yang turut menegakkan disiplin
nasional dan jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan kepariwisataan.
2.4
Tinjauan
Umum Tentang Kenyamanan Wisatawan
Konsep tentang
kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk didefinisikan karena lebih
merupakan penilaian responsif individu, Oborne (2005). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar, sehat sedangkan kenyamanan adalah
keadaan nyaman, kesegaran, kesejukan. Kolcaba (2003) menjelaskan bahwa
kenyamaan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat
menyebakan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut.
Didalam
buku today’s business ethics pada
bagian bisnis pariwisata tentang keamanan Internasional, regional, nasional
dijelaskan bahwa dalam soal perjalanan jauh berpariwisata, turis akan memilih
tinggal di rumah, jika diketahuinya bahwa kasus pembajakan pesawat sering
terjadi dan terror internasional mengambil sasaran wisatawan. Keamanan
internasional sangat berpengaruh secara psikologis terhadap calon wisatawan
yang berencana untuk pergi ke luar negeri. Juga tentang keamanan regional dan
keamanandaerah tujuan wisata yaitu Negara-negara yang dikunjungi, mendapat
perhatian untuk dijadikan dasar pemilihan tujuan wisata dan mempengaruhi minat
untuk menjadi wisatawan. Kawasan yang berlogak, Negara yang dilanda kemelut
perang saudara, jelas bukan pilihan mereka
Dalam
cara pengembangan daya tarik wisata Pantai Batu Tampih (Bali) dijelaskan, didalam
mendukung keberadaan Daerah Tujuan Wisata (DTW) perlu adanya unsur pokok yang
harus mendapat perhatian sehingga wisatawan bisa tenang, aman dan nyaman
berkunjung. Semua ini sangat penting dalam meningkatkan pelayanan bagi
wisatawan sehingga wisatawan bisa lama tinggal di daerah dikunjungi. Unsur-unsur
pokok antara lain:
1.
Daya tarik wisata
2.
Prasarana wisata
3.
Sarana Wisata
4.
Tata laksana/infrastruktur
5.
Masyarakat/lingkungan
Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang
ideal memang harus memiliki daya tarik wisata, mempunyai fasilitas, menawarkan
acara /atraksi, dan menyediakan sesuatu yang dapat dibeli. Suatu DTW hendaknya
memenuhi beberapa syarat yaitu; Sesuatu yang dapat dilihat (something to see),
sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), sesuatu yang dapat
dibeli (something to buy)
Oka A. Yoeti (1993:131) mengelompokkan wisatawan menjadi
lima berdasarkan pada sifat perjalanannya, yaitu:
1.
Wisatawan
Asing (Foreign Tourist) adalah orang asing yang melakukan perjalanan
wisata, yang datang memasuki wilayah negara lain yang bukan merupakan negara di
mana ia biasanya tinggal.
2.
Domestic
Foreign Tourist
adalah orang asing yang bertempat
tinggal pada suatu
negara, yang melakukan perjalanan
wisata di wilayah
negara di mana ia tinggal.
3.
Wisatawan Dalam Negeri (Domestic Tourist)
adalah seseorang warga negara yang
melakukan
perjalanan wisata dalam batas wilayah
negaranya sendiri
tanpa melewati perbatasan negaranya.
4.
Indigenous
Foreign Tourist
adalah warga negara suatu negara
tertentu, yang karena
tugasnya atau jabatannya berada di luar
negeri, pulang ke
negara asalnya dan melakukan perjalanan
wisata di
wilayah negaranya sendiri.
5.
Transit
Tourist
adalah wisatawan yang sedang melakukan
perjalanan
wisata ke suatu negara tertentu, yang
menumpang kapal
udara atau kapal laut ataupun kereta
api, yang terpaksa
mampir atau singgah pada suatu
pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.
6.
Bussines
Tourist
adalah orang yang melakukan perjalanan
(apakah orang
asing atau warga negara sendiri) yang mengadakan perjalanan untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai.
Dalam
pengembangan atau pengelolaan pariwisata harus mengacu pada prinsip-prinsip
yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai
sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta
bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Dalam Dowling dan Fannel (2003:2),
pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip – prinsip :
a.
Pembangunan dan pengembangan
pariwisata haruslah didasari pada kearifan lokal dan special local sense yang
merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.
b.
Preservasi, proteksi, dan
peningkatan sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata.
c.
Pengembangan atraksi wisata tambahan
yang mengakar pada kekhasan budaya lokal.
d.
Pelayanan kepada wisatawan yang
berbasis keunikan budaya dan lingkungan
e.
Memberikan dukungan dan legitimasi
pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat
positif, tetapi sebaliknya mengendalikan dan menghentikan aktivitas pariwisata
tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity)
Terkait
dengan lingkungan kepariwisataan, menurut Dwyer dan Forsyth dalam Mudana
(2002:24) terdapat tiga jenis sumber daya, yaitu (1) natural resources (sumber
daya alamiah seperti gunung, pantai, wilayah liar, gurun, lautan, danau, flora
dan fauna, iklim, sinar matahari, iklim dan sebagainya); (2) Man Made
Resources (sumber daya buatan manusia seperti kota historis dan modern
, desa, hiburan, campuran antara rekreasi dan olah raga, monumen, situs,
bangunan dan relief, museum dan sebagainya); (3) human Resources (sumber
daya manusia seperti populasi penduduk suatu destinasi
BAB
III
ANALISIS
PERMASALAHAN
3.1
Analisis
Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Kebersihan
Dalam
sub bab ini, penulis menganalisis permasalahan berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan kepada pihak pengelola, dalam hal ini pengelola yang diwawancarai
adalah Ibu Janiah Kudadiri, S. Sos selaku Kepala Bidang Pariwisata di Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi. Penulis melakukan
wawancara ini pada hari senin, 29 Juni 2015. Hal-hal yang menjadi pertanyaan
didalam wawancara ini adalah terkait dengan identifikasi masalah yang pertama
mengenai tinjauan tentang pelaksanaan kegiatan kebersihan oleh pihak pengelola
di Taman Wisata Iman yang hasilnya
penulis uraikan dibawah ini :
a.
Pelaksanaan
Kebersihan Di Taman Wisata Iman Yang Dilakukan oleh Pengelola
Penulis menganalisis kebersihan yang
telah dilakukan oleh pengelola, dan untuk mendapatkan hasilnya, penulis telah menjabarkan
hasil analisis tersebut kedalam pengelompokan berikut:
1. Cara
yang dilakukan pengelola untuk membersihkan Taman Wisata Iman
Pelaksanaan kebersihan Taman Wisata
Iman dilakukan melalui pembagian lokasi kedalam lima lokasi sehingga
pelaksanaan kebersihan lebih terarah dimana masing-masing lokasi tersebut ada pengawasnya
(Lokasi parkir, Goa Bunda Maria, Kristen, Islam, TB Simatupang), sesuai dengan
tugas yang telah ditentukan, ada yang membabat rumput, menyapu, dan menata
bunga.
2. Petugas
yang bertanggungjawab secara rutin untuk kebersihan Taman Wisata Iman
Ada khusus yang ditugaskan sesuai
dengan Surat Perintah Tugas (SPT) langsung, yang dibuat pertahun, dan akan
mengalami perubahan apabila karyawan yang telah ditempatkan, tidak cocok
dibagian tersebut sehingga harus di over.
3. Jadwal
kebersihan Taman Wisata Iman
Jadwal Kebersihan secara rutin
dilaksanakan mengikuti Surat Perintah Tugas (SPT), lengkap dengan data
petugasnya, waktu dan kegiatan yang dilakukan karyawan tersebut.
4. Fasilitas
kebersihan di Taman Wisata Iman
Hal ini merupakan Kesalahan pihak
pengelola yang kekurangan dalam hal pelengkapan sarana dan prasarana, pengelola
berharap kekurangan tersebut dapat dilengkapi tahun ini. Namun petugas
kebersihan tetap ada yang mengumpulkan sampah dan membersihkan lokasi.
5. Sampah
yang telah terkumpul
Sampah yang telah dikumpulkan,
dibiarkan hingga becak motor (betor) pengangkut sampah datang dan sampah-sampah
tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
b.
Pengelolaan
Sampah Di Taman Wisata Iman Yang Dilakukan Oleh Pengelola
Selain
menganalisis tentang kebersihan, penulis juga menganalisis tentang pengelolaan sampah, dimana titik permasalahan
ini masih sepenuhnya tanggungjawab pengelola, penulis menjelaskan hasilnya dibawah
ini :
1. Penumpukan
sampah di Taman Wisata Iman
Sampah tidak terkumpul disemua
titik atau disemua lokasi terlebih dahulu sebelum diangkut oleh bettor ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir), tidak dapat dipungkiri bahwa di Taman Wisata Iman terlihat
penumpukan sampah.
2. Pembakaran
sampah di bak atau di lobang sampah dan sisa-sisa pembakarannya dibiarkan
begitu saja
Hal ini adalah
kekeliruan karyawan karena menurut pengelola, pembakaran telah dilarang karena
hal ini mengakibatkan polusi udara yang dapat merusak kenyamanan setiap
pengunjung Taman Wisata Iman padahal sampah yang telah terkumpul dan diangkut
ke TPA akan diolah oleh Departemen Lingkungan Hidup
3. Sampah
dari dedaunan dan pohon kering tidak dibersihkan
Hal ini diakui oleh
pengelola, merupakan keterbatasan karyawan dan pada saat penelitian, Kabupaten
Dairi sedang mengalami musim hujan dan terkadang disertai angin kencang
sehingga tidak semua pekerjaan dapat terselesaikan tepat waktu.
4. Banyak
sampah di selokan dan anak sungai di Taman Wisata Iman
Pada dasarnya memang tidak
semua pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu namun terkait dengan sampah yang
berada di selokan dan anak sungai, berbagai upaya dilakukan dan perlahan-lahan
sampah tersebut akan diangkut.
c.
Perawatan
Bangunan Di Taman Wisata Iman Yang Dilakukan Oleh Pengelola
Terkait
dengan tanggapan tentang kegiatan kebersihan, penulis juga menganalisis tentang
perawatan bangunan baik berupa gedung maupun ornamen seperti patung dan
bangunan-bangunan penghias lainnya, penulis menjelaskan hasilnya dibawah ini:
1. Beberapa
patung ibadah yang telah rusak dibiarkan begitu saja
Mengenai keberadaan
patung yang rusak, baik retak, patah maupun warnanya yang telah pudar, untuk
biaya itu semua belum memiliki anggaran tersendiri melihat jumlahnya yang
sangat banyak, namun pada perubahan anggaran 2015 akan diusulkan sehingga dapat
segera diperbaiki.
2. Perawatan
toilet di Taman Wisata Iman dikelola secara pribadi sehingga setiap pengunjung
yang menggunakan toilet harus membayar
Memang benar hal ini
tidak tertera didalam brosur mengingat disana kami mencantumkan mengenai biaya
retribusi, namun perlu diketahui bahwa toilet tetap dikelola oleh pemerintah
dengan penugasan orang – orang yang mengenakan tariff sesuai dengan ketentuan
Perda sebagai imbalan agar tetap menjaga kebersihan toilet tersebut.
3. Pengelolaan
toilet di Taman Wisata Iman
Karena kesulitan mendapatkan
air, kebersihan toilet masih seadanya, penjaga toilet mengenakan pembayaran
kepada pengunjung yang menggunakan toilet sebagai imbalan atas peran mereka dalam
mengupayakan ketersediaan air di toilet dengan syarat toilet dan kamar mandi
harus bersih.
3.2
Analisis
Peran Serta Wisatawan Terhadap Kebersihan Taman Wisata Iman
Dalam
sub bab ini, penulis menganalisis permasalahan berdasarkan penyebaran kuesioner
yang telah dilakukan kepada pengunjung pada hari sabtu dan minggu, 27 – 28 Juni 2015 terkait dengan identifikasi
masalah yang kedua dan ketiga tentang
peran serta wisatawan terhadap kebersihan dan kenyamanan wisatawan selam berada
di Taman Wisata Iman . Pertanyaan-pertanyaan didalam kuesioner dilampirkan
dalam Tugas Akhir ini yang hasilnya dapat dijelaskan melalui tabel berikut:
TABEL
3.1
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
TENTANG
MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA
DI
TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
1
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
8
22
|
26,6%
73,3%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.1 dapat diketahui
bahwa 8 (delapan) orang responden (26,6%) menyatakan bahwa mereka membuang
sampah pada tempatnya selama berada di Taman Wisata Iman, namun masih ada
responden sebanyak 22 (dua puluh dua)
orang responden (73,3%) dari total keseluruhan pengunjung yang membuang sampah
sembarangan dan tidak sadar wisata.
Berdasarkan hasil olahan data
diatas, maka dapat dianalisis bahwa kebersihan Taman Wisata Iman masih butuh
perbaikan untuk menghilangkan keburukan terhadap kebersihan, kebersihan di
Taman Wisata Iman masih perlu ditingkatkan yang dapat dimulai dengan upaya
pengelola agar semakin giat mengajak pengunjung untuk membuang sampah pada
tempatnya.
TABEL
3.2
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
TENTANG
KEBERADAAN TONG SAMPAH
DI
TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
2
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
9
21
|
30%
70%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan tabel 3.2 diatas
diketahui bahwa 9 (sembilan) orang responden (30%) mengatakan bahwa keberadaan tong sampah mudah
ditemukan selama berada di Taman Wisata Iman, sementara 21 (dua puluh satu)
orang responden (70%) mengatakan bahwa mereka tidak menemukan tong sampah di
semua lokasi yang ada di Taman Wisata Iman.
Berdasarkan hasil olahan data
diatas, maka dapat dianalisis bahwa keberadaan tong sampah di Taman Wisata Iman
masih perlu diperhatikan oleh pengelola demi kemudahan pengunjung berperan
serta dalam kebersihan Taman Wisata Iman, sehingga pengelola melakukan
pengawasan terhadap penyediaan fasilitas kebersihan dan hal ini dapat membantu
terwujudnya kebersihan di Taman Wisata Iman.
TABEL
3.3
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
TENTANG
MEMBAWA ATAU MEMBELI MAKANAN BERBUNGKUS KETIKA BERADA DI TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
3
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
25
5
|
83,3%
16,6%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.3
dapat diketahui bahwa 25 orang responden (83,3%%) menyatakan bahwa mereka membawa
dan membeli makanan atau jajanan yang berbungkus ketika berada di Taman Wisata
Iman, sementara 16 (enam belas) orang responden (53,33%) menyatakan bahwa
mereka tidak membawa atau membeli makanan yang berbungkus.
Berdasarkan hasil olahan data
diatas, maka dapat dianalisis bahwa banyak pengunjung yang membawa atau membeli makanan
berbungkus dan menjadi salah satu penyebaran sampah di Taman Wisata Iman, namun
penyebaran sampah tersebut hanya datang dari pengunjung yang tidak sadar
wisata, beberapa diantara mereka meskipun membawa atau membeli makanan
berbungkus selama berada di Taman Wisata Iman, mereka tetap menyadari
pentingnya kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya.
TABEL
3.4
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
JIKA
TIDAK MENEMUKAN TONG SAMPAH
DI
TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
4
|
a.
Membawa sampah hingga menemukan tong sampah
b.
Membuang sampah sembarangan.
c.
Menyembunyikan sampah agar sama sekali tidak ada
yang melihat
|
2
18
10
|
6,6%
60%
33,3%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Berdasarkan tabel
3.4 diketahui bahwa 2 (dua) orang responden (6,6%) menyatakan mereka akan
membawa sampah mereka hingga menemukan tong sampah, 18 (delapan belas) orang
responden (60%) membuang sampah sembarangan, sementara 10 (dua) orang responden
(6,66%) mengantisipasi hal tersebut dengan menyembunyikan sampah tersebut agar
sama sekali tidak terlihat oleh orang lain.
Dari hasil olahan data diatas, maka
dapat dianalisis bahwa antisipasi pengunjung terhadap keberadaan tong sampah
yang tidak ditemukan di lokasi-lokasi yang mereka lalui saat berada di Taman
Wisata Iman dengan sikap dan tindakan yang berbeda-beda, kemungkinan buruk jika
hal ini dibiarkan harus segera diantisipasi pengelola.
TABEL
3.5
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
YANG
MELIHAT PENGUNJUNG LAIN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN DI TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
5
|
a.
Menegurnya
b.
Tidak mau tau
|
8
22
|
26,66%
73,33%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Berdasarkan
tabel 3.5 diketahui bahwa 8 (delapan) orang responden (26,66%) menyatakan bahwa
menghadapi pengunjung lain yang terlihat membuang sampah sembarangan dengan
menegurnya langsung, dan 22 (dua puluh dua) orang responden (73,33%) memilih
untuk bersikap tidak mau tahu dan lebih memilih untuk mengurus diri sendiri.
Dari
hasil olahan data diatas, maka dapat dianalisis bahwa sikap pengunjung terhadap
pengunjung lain yang membuang sampah sembarangan masih didominasi oleh sikap
tidak mau tahu sesama pengunjung yang mencerminkan rendahnya sikap sadar
wisata.
TABEL
3.6
TANGGAPAN
PENGUNJUNG TERHADAP MANFAAT SIGN – IN, SEPERTI
“JANGAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN,
JANGAN
MEMETIK BUNGA, DAN LAIN-LAIN”
DI
TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
6
|
a.
Sangat bermanfaat
b.
Tidak bermanfaat
|
10
20
|
33.3%
66,6%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Berdasarkan tabel 3.7 diketahui
bahwa 10 (sepuluh) orang responden (33,3%) menyatakan bahwa pengunjung
merasakan manfaat dari sign-in
tersebut, sementara 20 (dua puluh) orang responden (66,6%) mengatakan bahwa hal
itu kurang bermanfaat dan kurang dimaknai oleh pengunjung lain melihat kondisi
Taman Wisata Iman.
Dari hasil olahan data diatas, maka
dapat dianalisis bahwa sign-in atau
tanda-tanda kepariwisataan yang berisi tulisan seperti “jangan membuang sampah
sembarangan, jangan memetik bunga, dan lain-lain” dilanggar oleh pengunjung
dengan kata lain pengunjung atau masyarakat tidak memiliki kesadaran terhadap
peraturan yang dapat dibaca. Jika permasalahan ini dapat ditanggulangi secara
serius, akan memperbaiki sistem kebersihan yang turut semakin memunculkan sadar
wisata yang berpengaruh pada tingkat kunjungan di Taman Wisata Iman.
TABEL
3.7
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
TENTANG
KEBERADAAN KIOS-KIOS PEDAGANG
DI
TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
7
|
a.
Sangat membantu pengunjung
b.
Biasa saja
c.
Salah satu penyebab kotornya Taman Wisata Iman
|
12
8
10
|
40%
26,6%
33,3%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Berdasarkan tabel 3.8, terdapat 12
(dua belas) orang responden (40%) merasakan manfaat keberadaan kios-kios
pedagang, sementara 8 (delapan) orang responden (26,6%) mengatakan bahwa
keberadaan kios-kios pedagang merupakan hal biasa di objek wisata termasuk juga
para pedagang soufenir, namun 10 (sepuluh)
orang responden (33,3%) melihat hal ini sebagai hal negatif karena menyebarkan
sampah di Taman Wisata Iman.
Dari hasil olahan data diatas, maka
dapat dianalisis bahwa keberadaan kios-kios pedagang disekitar objek sangat
membantu kebutuhan pengunjung meskipun hal negatif masih tetap ada, pengunjung
juga menambahkan sewaktu pengsian kuesioner bahwa terkadang ada juga barang
yang tidak tersedia dan penggantinya juga tidak ada.
TABEL
3.8
TANGGAPAN
TERHADAP PENGUNJUNG
YANG
BERJALAN MELAUI TAMAN DEMI JALAN PINTAS
DI
TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
8
|
a.
Memilih jalan benar meskipun sangat jauh
b.
Tetap melewatinya namun berhati-hati agar tidak
menginjak tumbuhan berbunga
c.
Masa bodo
|
3
27
0
|
10%
90%
0%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan tabel 3.9, terdapat 3
(tiga) orang responden (10%) akan memilih jalan yang benar meskipun mendapat
jalan pintas namun harus menginjak taman, sementara 27 (dua puluh tujuh) orang
responden (90%) memilih untuk melewati taman tersebut namun harus berhati-hati
agar tidak menginjak tumbuhan berbunga, dan 0 orang responden yang bersikap
masa bodo dan tidak mau tau.
Dari
hasil olahan data diatas, maka dapat dianalisis bahwa banyak pengunjung yang
lebih melanggar peraturan dan di Taman Wisata Iman juga terlihat hampir
disetiap taman ada bekas kaki pengunjung yang menginjak rumput, sehingga pihak
pengelola perlu bertindak tegas akan hal ini, mungkin dengan memperbanyak
tulisan larangan-larangan.
3.3
Analisis
Terhadap Kenyamanan Wisatawan Taman Wisata Iman
Penulis juga
telah melakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan hasil tanggapan pengunjung
tentang kenyamanan wistawan yang dirasakan semua pengunjung ketika berada di
Taman Wisata Iman dan hasil analisis yang telah di tinjau penulis, dijelaskan
melalui tabel dibawah ini:
TABEL
3.9
TANGGAPAN
PENGUNJUNG TENTANG PEMBAYARAN RETRIBUSI
DARI
UANG MASUK, UANG PARKIR, UANG TOILET,
DAN
LAIN-LAIN DI TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
9
|
a.
Baik
b.
Tidak Teratur
|
24
6
|
80%
20%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.9 dapat diketahui
bahwa 24 (dua puluh empat) orang responden (80%) menyatakan bahwa retribusi di
Taman Wisata Iman termasuk uang masuk, biaya parkir dan biaya penggunaan toilet
telah baik, sementara 6 (enam) orang responden (20%) mengatakan bahwa biaya
retribusi Taman Wisata Iman tidak teratur.
Berdasarkan hasil olahan data
diatas, maka dapat dianalisis bahwa biaya retribusi di Taman Wisata Iman baik
namun biaya retribusi yang dikenakan kepada pengunjung tidak teratur
dikarenakan beberapa biaya tidak sekalian digabungkan bersama uang masuk .
TABEL
3.10
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
TENTANG
TUJUAN MENGUNJUNGI TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
10
|
a.
Rekreasi
b.
Melihat Bangunan, patung-patung, dan lain-lain
c.
Wisata Religi
|
16
2
12
|
53,33%
6,66%
40%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.10 dapat diketahui
bahwa 16 (enam belas) orang responden (53,33%) menyatakan bahwa mereka
mengunjungi Taman Wisata Iman untuk rekreasi, sementara 2 (dua) orang responden
(6,66%) mengunjungi Taman Wisata Iman untuk melihat bangunan, yang berupa
gedung, patung dan lain-lainl, sementara 12 (dua belas) orang responden (40%)
mengatakan bahwa mereka mengunjungi Taman Wisata Iman untuk tujuan religi.
Berdasarkan hasil olahan data
diatas, maka dapat dianalisis bahwa wisatawan mengunjungi Taman Wisata Iman dengan
tujuan rekreasi meskipun demikian Taman Wisata Iman yang memiliki tempat ibadah
lengkap dengan fasilitas ibadah dari
lima agama yang diakui di Indonesia atau sebagai objek wisata religi tidak
terlepas dari tujuan wisatawan dan tidak dapat dilupakan begitu saja bahwa dari
sisi arsitektur pembangunan gedung-gedung dan patung-patug yang ada di Taman
Wisata Iman mendapat perhatian pengunjung sebagai motivasi wisatawan.
TABEL
3.11
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
TENTANG
KEBERSIHAN TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
11
|
a.
Ya
b.
Tidak
|
8
22
|
26,6%
73,3%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.11 dapat diketahui
bahwa 8 (delapan) orang responden (26,6%) menyatakan bahwa Taman Wisata Iman
adalah bersih, sementara 22 (dua puluh dua) orang responden (73,3%) mengatakan Taman
Wisata Iman tidak bersih.
Berdasarkan hasil olahan data
diatas, maka dapat dianalisis bahwa banyak pengunjung mengatakan Taman Wisata
Iman tidak bersih meninjau kembali hasil observasi di Taman Wisata Iman yang akan tetap kotor
jika pengawasan dari pengelola kurang memadai namun ada juga pengunjung yang mengatakan
Taman Wisata iman bersih karena mereka mengetahui faktor keterbatasan pekerja
dan menyadari Taman Wisata Iman yang luas.
TABEL
3.12
TANGGAPAN
PENGUNJUNG TENTANG PERAWATAN BANGUNAN, PATUNG, DAN LAIN-LAIN DI TAMAN WISATA
IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
12
|
a.
Sangat Terawat
b.
Kurang Terawat
c.
Tidak Terawat
|
8
18
4
|
26,66%
60%
13,33%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.12 dapat diketahui
bahwa 8 (delapan) orang responden (26,66%) menyatakan bahwa perawatan gedung,
patung dan lain-lain di Taman Wisata Iman sangat terawat, sementara 18 (delapan
belas) orang responden (60%) mengatakan perawatannya masih kurang sementara 4
(empat) orang responden (13,33%) mengatakan tidak terawat sama sekali.
Berdasarkan
hasil olahan data diatas, maka dapat dianalisis bahwa banyak pengunjung yang mengatakannya
Taman Wisata Iman kurang terawat dan hal ini sesuai dengan observasi yang terlihat
kekurangan gedung, patung dan lain-lain, dari segi perawatan dan tampilannya.
TABEL 3.13
TANGGAPAN
PENGUNJUNG
TENTANG
KEAMANAN DI TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
13
|
a.
Sangat Baik
b.
Baik
c.
Kurang Baik
|
0
25
5
|
0%
83,3%
16,6%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.13 dapat diketahui
bahwa tidak ada satupun pengunjung yang mengatakan bahwa Taman Wisata Iman sangat
aman, sementara 25 (dua puluh lima) orang responden (83,3%) mengatakan bahwa
keamanannya biasa saja dan 5 (lima) orang responden (16,6%) mengatakan keamanan
Taman Wisata Iman sangat buruk.
Berdasarkan hasil olahan data
diatas, maka dapat dianalisis bahwa banyak pengunjung mengatakan keamanan Taman
Wisata Iman baik, seperti terlihat penjaga parkir yang hanya menjaga disatu
sisi sementara lokasi parkir sangat luas, motor yang terparkir dikunci ganda dan
helmet tidak ada yang digantungkan
atau diletakan diatas motor tetapi dikunci juga bersama motor.
TABEL
3.14
TANGGAPAN
TENTANG
INTENSITAS
PENGUNJUNG YANG BERKUNJUNG
DI
TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
14
|
a.
<5
b.
5 – 10
c.
10 >
|
10
16
4
|
33,33%
53,33%
13,33%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data
Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.14 dapat diketahui
bahwa 10 (sepuluh) orang responden (33,33%) mengatakan kunjungan ini yang
pertama kali ada juga yang beberapa kali namun tidak lebih dari lima kali
(<5), sementara 16 (enam belas) orang responden (53,33%) telah berkunjung
antara lima sampai sepuluh kali (5-10), dan 4 (empat) orang responden (13,33%)
mengakui telah berkali-kali datang ke Taman Wisata Iman hingga lebih dari
sepuluh kali (10>).
Berdasarkan hasil olahan data
diatas, maka dapat dianalisis bahwa banyak pengunjung telah mengunjungi Taman
Wisata Iman lebih dari lima kali hingga sepuluh kali dan berdasarkan hasil
observasi di lapangan, intensitas pengunjung ke Taman Wisata Iman di isi oleh pengunjung
lokal dan domestik dan di Taman Wisata Iman terlihat para pengunjung berada di
pepohonan pinus atau di tempat-tempat duduk dari kayu yang disediakan
pengelola.
TABEL
3.15
TANGGAPAN
TENTANG
ASAL
KEDATANGAN PENGUNJUNG DI TAMAN WISATA IMAN
n
= 30
No
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
Presentase
|
15
|
a. Lokal
b. Domestik
c. Internasional
|
20
8
2
|
66,66%
26,66%
6,66%
|
Total
|
30
|
100%
|
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Dari tabel 3.16 dapat diketahui
bahwa pengunjung lokal sebanyak 20 (dua puluh) orang responden dan 8 (delapan)
orang responden (26,66%) dari total
keseluruhan merupakan pengunjung domestik, sementara 2 (dua) orang responden
(6,66%) lainnya merupakan pengunjung Internasional.
Berdasarkan
hasil olahan data diatas, maka dapat dianalisis bahwa banyak pengunjung yang
mengunjungi Taman Wisata Iman adalah pengunjung lokal, sangat sulit menemukan pengunjung
domestik dan internasional jika tidak pada musim liburan dan juga dikarenakan
kondisi Provinsi Sumatera Utara yang sedang rawan oleh aktivitas Gunung
Sinabung, hal ini terjadi karena wisatawan domestik dan internasional harus
melewati Kota Medan terlebih dahulu sebagai tempat transit oleh pengunjung yang
berasal dari luar Sumatera Utara.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
dari hasil analisis yang penulis sajikan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut ini:
a. Kegiatan
kebersihan yang telah dilakukan oleh pengelola Taman Wisata Iman tidak dapat
dikategorikan tatacara yang buruk namun berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sejumlah program yang
mendukung kegiatan kebersihan masih dalam rencana yang belum terealisasikan
demi kesempurnaan Taman Wisata Iman.
b. Wisatawan
selaku pengunjung Taman Wisata Iman masih kurang berperan dalam menjaga
kebersihan, karena masih terdapat pengunjung yang membuang sampah sembarangan,
melanggar isi sign-in dan sengaja
atau tidak sengaja merusak tanaman lain.
c. Berdasarkan
tinjauan kenyamanan wisatawan, pengunjung masih merasa lebih nyaman jika
memfasilitasi diri sendiri.
4.2
Saran
Berdasarkan
beberapa kesimpulan yang penulis paparkan, maka penulis juga memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
a.
Sebaiknya kebersihan di
Taman Wisata Iman akan lebih sempurna apabila fasilitas kebersihannya telah
dilengkapi dengan armada pengoperasi dan kuantitasnya memadai, kemudian biasakan
pengunjung untuk mematuhi peraturan terutama tentang kebersihan dengan
memanfaatkan fasilitas kebersihan tersebut.
b. Sebaiknya
kegiatan yang melibatkan pengunjung untuk turut berperan didalam menjaga
kebersihan lebih ditingkatkan lagi, yang dimulai dengan melengkapi fasilitas
kebersihan yang memadai disetiap pembagian lokasi dengan diawasi oleh
pengoperasi yang stand by dengan jarak yang dekat antara satu dengan
yang lainnya.
c. Sebaiknya
fasilitas keamanan di Taman Wisata Iman perlu lebih ditingkatkan lagi sehingga
para wisatawan akan merasa nyaman dari segi keamanan dan beberapa bangunan yang
telah keropos atau bangunan yang terlihat rembesan air, patung yang patah atau
retak dan warna catnya telah memudar dan tanaman yang rusak atau layu
agarsegera diperbaiki dan diperindah kembali demi kenyamanan pengunjung dari
segi keindahan dan penampilan yang sangat berguna bagi Taman Wisata Iman dan
dalam hal peningkatan pengunjung.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardika, I Gede, 2008. Pemasaran
Pariwisata Internasional. Jakarta,Yayasan Obor Indonesia.
Basriyanta,
2007. Memanen Sampah.Yogyakarta, Kanisius.
Bartono, Novianto dan Jubilee Enterprise, 2005. Today’s Business Ethics. Jakarta, PT.Elex Media Komputindo.
Cara Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Batu Tampih, Bali. 2004. http://dharmajayantipande.blogspot.com/. Diakses Tanggal 15 Juni 2015.
Damanhuri,
2006, Teknologi dan Pengelolaan Sampah
Kota di Indonesia dalam
Workshop Nasional Biokonversi Limbah, Universitas Brawijaya Malang.
Damanik, Janianton dan Weber.
2006. Peran
Masyarakat Lokal. http://webcache.googleuserconten.com.
Diakses Tanggal 10 Juni 2015.
Dowling dan Fannel, 2003, Pengertian
Manajemen (Pengelolaan) Pariwisata.
Dwyer dan Forsyth. 2002. Mudana. http://madebayu.blogspot.com/2012/02/pengertian-obyek-dan-daya-tarik-wisata.html. Diakses Tanggal 15 Juni 2015.
Fendel dalam Pitana.
2009. Pengembangan Sumber Daya Alam. http://jejaksiganteng.blogspot.com.
Diakses Tanggal 15 Juni 2015.
Ismayanti, 2009. Pengantar
Pariwisata. Jakarta, Grasindo.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2010, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Balai Pustaka. Jakarta
Kementerian Lingkungan Hidup,
2001,
Laporan. Jakarta.
Kotler dan Drucker.
2000. Defenisi Visi dan Misi. http://jurnal-sdm.blogspot.com/
2009/10/definisi-visi-misi-dan-strategi-dan.html.
Diakses Tanggal 02 Juni 2015.
Marioti dalam Yoeti.
2008. Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata Negeri Khayal. https://sukmawinarya.wordpress.com.
Diakses Tanggal 02 Juni 2015.
McIntosh
dan Murphy, 2008, Upacara Religi dalam Komunikasi Pemasaran
Pariwisata: Studi Kasus mengenai Komodifikasi Upacara Religi Saraswati dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata
Candi Ceto, Kabupaten Karanganyar, Surakarta.
Muhyi Faruq, 2006.
Pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan (KTSP) untuk sekolah dasar kelas 4. Jakarta, Grasindo.
Oborne dan Kolcaba.
2014. Kenyamanan. http://webcache.googleuser
content.com/search?q=cache:a_4wMRVOKP0J:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41143/4/Chapter%2520II.pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id.
Diakses Tanggal 10 Juni 2015.
Oka A.Yoeti. 2002. Produk Pariwisata. http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/06/
produk-pariwisata-tourism-product.html. Diakses tanggal 02 Juni 2015.
--------, 2008.
Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi
dan Aplikasi. Jakarta, Kompas
Pitana, I Gde.
2012. Seminar Cooperation in the Development
of Education and Tourism in Global Era. http://jejakwisata.com/tourism-studies/tourism-in-general/213-4a-yang-wajib-dimilki-oleh-sebuah-destinasi-wisata.html.
Diakses
Tanggal 02 Juni 2015.
Pitana dan Diarta, 2009.
Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta, Andi
Siahaan, Naommy Horas Thombang,
2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi
Pembangunan. Jakarta. Erlangga.
Sitio, Arifin dan Halomoan
Tamba, 2001. Koperasi:
Praktik dan Teori. Jakarta, PT.Gelora Aksara Pratama.
Spillane, 2001.
Ekonomi Pariwisata Universitas Trisakti
Fakultas Ekonomi, Jakarta
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, tentang
Kepariwisataan
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009, tentang
Retribusi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
DATA PRIBADI
Nama : Harland
Frenky Sihombing
NIM : 11500887
Tempat/Tanggal
lahir : Sidikalang, 20
Januari 1992
Alamat : Jl. Dr.
FL.Tobing No.80 Sidikalang.
II.
DATA ORANG TUA
a. Nama ayah :
JP. Sihombing
Pekerjaan : Pegawai BUMD - PDAM
Agama : Kristen
Protestan
Alamat : Jl. Dr.
FL.Tobing No.80 Sidikalang.
b. Nama Ibu :
R. Br. Situmorang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen
Protestan
Alamat : Jl. Dr.
FL.Tobing No.80 Sidikalang.
III.
PENDIDIKAN
NO
|
NAMA
SEKOLAH
|
MASA
|
KETERANGAN
|
1.
|
SD Negeri 03 Sidikalang
|
1999 – 2000
|
|
2.
|
SD Inpres 06
Sidikalang
|
2000 – 2005
|
Lulus
|
3.
|
SMP Negeri 1 Sidikalang
|
2005 – 2008
|
Lulus
|
4.
|
SMK Negeri 1 Sidikalang
|
2008 – 2011
|
Lulus
|
5
|
Akademi
Pariwisata Medan
|
2011 – 2015
|
-
|
IV.
PENGALAMAN KERJA
NO
|
NAMA
PERUSAHAAN
|
POSISI
|
TAHUN
|
KETERANGAN
|
1.
|
PT. Winaya Tours & Travel
|
Trainee
|
2010
|
Sertifikat
|
2.
|
PT. Matahari Department Store, Tbk
|
Cassher
|
2011
|
SK
|
3.
|
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam
|
Trainee
|
2014/2015
|
Sertifikat
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
AKADEMI PARIWISATA MEDAN
Jl.Rumah
Sakit Haji No.12 Medan 20371 || Sumatera
Utara- Indonesia
Telp.
(061) 6632182 Fax. (061) 6629441
Website: http/www.akpar.medan.com
|
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang
sedang penulis lakukan di Taman Wisata Iman, penulis membutuhkan data melalui
wawancara kepada Bapak / Ibu selaku Pengelola Taman Wisata Iman Kecamatan
Sitinjo Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara untuk menjadi acuan bagi
penulis dalam menyusun Tugas Akhir yang berjudul “TINJAUAN TENTANG KEBERSIHAN DI TAMAN WISATA IMAN KECAMATAN SITINJO
KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA” sesuai dengan identifikasi masalah
yang telah disetujui pembimbing, wawancara tersebut terbagi dalam
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
1.
Bagaimana pelaksanaan sistem kebersihan Taman Wisata Iman yang dilakukan oleh
pengelola?
a. Apa
saja cara yang telah dilakukan untuk kebersihan Taman Wisata Iman?
b. Siapa
saja yang bertanggungjawab secara rutin untuk kebersihan tersebut?
c. Apakah
ada jadwal kebersihan yang telah dibuat?
d. Mengapa
tong sampah tidak terdapat pada semua titik?
e. Apakah
sampah yang telah terkumpul tidak memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA)?
2.
Bagaimana sistem pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh pihak pengelola?
a. Mengapa
di Taman Wisata Iman
terlihat sampah dikumpulkan?
b. Mengapa
sampah dibakar dan sisa sisa pembakarannya dibiarkan begitu saja?
c. Mengapa
sampah dari dedaunan dan pohon kering tidak dibersihkan?
d. Mengapa
terdapat banyak sampah di selokan dan muara?
3.
Bagaimana perawatan terhadap bangunan
yang dilakukan selama ini?
a. Mengapa
beberapa patung yang telah rusak dibiarkan begitu saja?
b. Mengapa
toilet disini di kelola secara pribadi sehingga setiap pengunjung yang menggunakan
toilet harus membayar?
c. Apakah
kegiatan tersebut telah efektif?
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
AKADEMI PARIWISATA MEDAN
Jl.Rumah
Sakit Haji No.12 Medan 20371 || Sumatera
Utara- Indonesia
Telp.
(061) 6632182 Fax. (061) 6629441
Website: http/www.akpar.medan.com
|
Kuesioner ini ditujukan kepada pengunjung Taman
Wisata Iman (TWI) Provinsi Sumatera Utara untuk menjadi acuan bagi penulis
dalam menyusun Tugas Akhir yang berjudul “TINJAUAN
TENTANG KEBERSIHAN DI TAMAN WISATA IMAN KECAMATAN SITINJO
KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA” dan disesuaikan dengan Identifikasi
Masalah yang telah disetujui Pembimbing.
I. Tinjauan tentang peran serta
wisatawan terhadap kebersihan Taman Wisata Iman
1.
Apakah Bapak/ibu dan Sdr/i membuang
sampah pada tempatnya di Taman
Wisata Iman?
a. Ya
b. Tidak
2.
Apakah Bapak/ibu dan Sdr/i menemukan
tong sampah dengan mudah
di Taman Wisata Iman?
a. Ya
b. Tidak
3.
Apakah Bapak/ibu dan Sdr/i membeli
makanan yang berbungkus di Taman
Wisata Iman?
a. Ya
b. Tidak
4.
Apa yang Bapak/ibu dan Sdr/i lakukan
jika Bapak/ibu dan Sdr/i tidak menemukan tong sampah di Taman Wisata Iman yang Bapak/ibu dan
Sdr/i kunjungi?
a. Membawa
sampahnya hingga menemukan tong sampah
b. Membuang sampah sembarangan.
c. Menyembunyikan
sampah agar sama sekali tidak ada yang melihat
5.
Apa yang Bapak/ibu dan Sdr/i lakukan
saat melihat pengunjung lain buang sampah sembarangan disekitar Taman Wisata Iman?
a. Menegurnya
b. Tidak
mau tau
6.
Apakah menurut Bapak/ibu dan Sdr/i sign-in, seperti “Jangan buang sampah sembarangan, jangan memetik bunga, jangan menginjak
taman, dll” di Taman Wisata
Iman, bermanfaat?
a. Sangat
bermanfaat
b. Tidak
bermanfaat
7.
Bagaimana menurut Bapak/ibu dan Sdr/i
kios-kios pedagang disekitar
Taman Wisata Iman?
a. Sangat
membantu
b. Biasa
saja
c. Salah
satu penyebab kotornya TWI
8.
Apa yang Bapak/ibu dan Sdr/i lakukan
jika menemukan jalan pintas namun harus melewati taman di Taman Wisata Iman?
a. Memilih
jalan yang benar meskipun jauh sekali
b. Tetap
melewatinya namun berhati hati agar tidak menginjak tumbuhan berbunga
c.
Masa bodo
II.
Tinjauan
tentang kenyamanan wisatawan di Taman Wisata Iman
1.
Bagaimana menurut Bapak/ibu dan Sdr/i
semua retribusi dari uang masuk, uang parkir, uang toilet di Taman Wisata Iman?
a. Baik
b. Tidak
Teratur
2.
Apa yang membuat Bapak/ibu dan Sdr/i
tertarik datang ke Taman Wisata
Iman?
a. Rekreasi
b. Melihat
bangunan, patung-patung, dll
c. Wisata
Religi
3.
Apakah menurut Bapak/ibu dan Sdr/i Taman Wisata Iman bersih?
a. Ya
b. Tidak
4.
Bagaimana menurut Bapak/ibu dan Sdr/i
perawatan bangunan, patung-patung di
Taman Wisata Iman?
a. Sangat
Terawat
b. Kurang
Terawat
c. Tidak
Terawat
5.
Bagaimana menurut Bapak/ibu dan Sdr/i keamanan
di Taman Wisata Iman?
a. Sangat
Baik
b. Baik
c. Kurang
baik
6.
Berapa kali Bapak/ibu dan Sdr/i mengunjungi
Taman Wisata Iman?
a. <
5
b. 5
- 10
c. 10
>
7.
Berasal
darimanakah
Bapak/ibu dan Sdr/i?
a. Lokal
b. Domestik
c. Internasional
Bukti Pendukung Analisis Taman Wisata Iman
DAFTAR
RALAT
No
|
Hal
|
Ralat
|
|
Tertulis
|
Seharusnya
|
||
1.
|
Abstrak
|
||
2.
|
3,
paragraph pertama, baris keenam
|
dimanfaat
kan
|
Tanpa
spasi
|
3.
|
3,
paragraph kedua, baris pertama
|
kecendrungan
|
Kecenderungan
|
4.
|
7,
empat aspek utama yang harus dimilikisebelum sebuah destinasi diperkenalkan
atau dijual
|
Keempat
aspek dalam bahasa inggris dengan huruf miring sekaligus dicetak tebal
|
Tanpa
cetak tebal
|
5.
|
7,
aspek pertama, baris keenam
|
atrkasi
|
Atraksi
|
6.
|
7,
aspek kedua, baris kedua terakhir
|
travel agent
|
Dengan
satu spasi
|
7
|
8,
menurut Fendel ttg SDA yang dapat dikembangkan menjadi sumber daya
pariwisata, nomor dua, baris kedua
|
Pegununga
|
pegunungan
|
8.
|
8,
--------, nomor tiga, kedua dari akhir
|
menari
|
Menarik
|
9.
|
8,
--------, nomor empat, dalam kurung
|
sailing,cruises,
fishing, snorkeling, dan sebagainya
|
Sailing, cruises, fishing, snorkeling
dan sebagainya
|
10.
|
10,
lanjutan halaman sebelumnya pada baris terakhir
|
kota
Sidikalang
|
Kota
Sidikalang
|
11.
|
11,12,13
|
Penyusunan
terbalik
|
|
12.
|
13,
paragraph kedua, baris ketiga
|
mennentukan
|
menentukan
|
13
|
14,
paragraph pertama, baris kedua
|
mengarahakan
|
mengarahkan
|
14.
|
18,
metode pengelolaan sampah dari nomor 1 – 4
|
bias
|
bisa
|
15.
|
18,
dibawah sumber memanen sampah
|
Sumber
tahap kegiatan kebersihan dari internet
|
Tidak
perlu ditampilkan
|
16.
|
28,
paragraph pertama
|
mananalisis
|
menganalisis
|
Selesai....................................
Dan saya wisuda tanggal 29 September 2015 Lalu
Dengan IP 3.20